Fungsi Kota
Sesuai dengan visi dan misi Kota Cirebon dan dengan memperhatikan latar belakang sejarah/budaya, demografi, potensi dan pertumbuhan yang berkembang, maka fungsi Kota Cirebon diarahkan menjadi :
Cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa, diharapkan mampu menempatkan fungsinya sebagai pusat pengumpulan, pemasaran, dan distribusi hasil-hasil produksi baik yang berasal ari wilayah Jawa Barat bagian Timur dan Jawa Tengah bagian Barat ;
Cirebon sebagai kota pelabuhan, diharapkan dapat berperan sebagai pintu gerbang ekspor-imporyang melayani kota, wilayah belakang (hinterland) dan wilayah Jawa Barat Bagian Timur serta Jawa Tengah Bagian Barat, sehingga dapat berdampak luas/multiplier effect bagi perekonomian Kota Cirebon dan sekitarnya ;
Cirebon sebagai kota budaya dan pariwisata diharapkan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai tradisi dan budaya khas Cirebon baik yang melekat pada masyarakat Cirebon, untuk dikemas menjadi komoditi pariwisata dalam skala regional, nasional maupun internasional ;
Cirebon sebagai kota industri, yang berlatar belakang sejarah budaya dan tradisi diharapkan akan berkembang menjadi industri kecil padat kaya (kerajinan, tradisional) yang berorientasi ekspor, sehingga berkembang industri pariwisata sebagai pendukung kota budaya dan pariwisata.
Sejarah Kota Cirebon
Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad XIV di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Padjadjaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.
Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh Raja Galuh dijawab dengan mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang.
Dengan demikian berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan Raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.
RIWAYAT PEMERINTAHAN
Periode Tahun 1270-1910.
Pada abad XIII Kota Cirebon ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional dan pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dan Kerajaan Islam terutama di wilayah Jawa Barat.c Kemudian setelah penjajah Belanda masuk, dibangunlah jaringan jalan raya darat dan kereta api sehingga mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan.
Periode Tahun 1910-1937
Pada periode ini Kota Cirebon dishkan menjadi Gemeente Cheirebon dengan luas 1.100 Hektar dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370).
Periode Tahun 1937-1967
Tahun 1942 Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 hektar dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kota Praja dengan luas 3.300 hektar, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 hektar.
Periode Tahun 1967-Sekarang
Wilayah Kota Cirebon sampai saat ini seluas 3.735,82 hektar. Terbagi dalam 5 kecamatan dan 22 kelurahan
Struktur Pemerintahan
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang menggantikan Peraturan Pemerintah nomor 84 tahun 2000, Walikota Cirebon telah mengesahkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Kelembagaan di lingkungan pemerintah Kota Cirebon, yaitu
Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 11 Tahun 2004 tentang Pembentukan Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Pemerintah Kota Cirebon
Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dinas-Dinas Daerah pada Pemerintah Kota Cirebon
Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah pada Pemerintah Kota Cirebon
Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 14 Tahun 2004 tentang Pembentukan Lembaga Kecamatan dan Kelurahan pada Pemerintah Kota Cirebon
Berikut ini kami muat nama-nama Lembaga baru sesuai Perda tersebut diatas :
SEKRETARIS DAERAH
Asisten Pemerintahan
Bagian Tata Pemerintahan
Bagian Otonomi Daerah
Bagian Hukum
Bagian Organisasi dan Manajemen
Asisten Pembangunan
Bagian Perekonomian
Bagian Bina Program
Bagian Kesejahteraan Rakyat
Asisten Administrasi
Bagian Keuangan
Bagian Akuntansi Keuangan
Bagian Umum
Bagian Perlengkapan dan Aset Pemerintah
SEKRETARIS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Bagian Umum
Bagian Rapat dan Risalah
DINAS-DINAS DAERAH
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Pertanian dan Kelautan
Dinas Perhubungan
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
LEMBAGA TEKNIS
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pengawasan Daerah
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kantor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kantor Pengelola Lingkungan Hidup
Kantor Pemadam Kebakaran
Kantor Polisi Pamong Praja
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati
LEMBAGA KECAMATAN DAN KELUARAHAN
Kecamatan
Kedudukan:
Kecamatan merupakan perangkat daerah Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang Camat, Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah
Kelurahan
Kedudukan:
Kelurahan merupakan perangkat Kecamatan yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang Lurah, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.
Kondisi Geografi
LETAK
Kota Cirebon terletak pada 108º33 Bujur Timur dan 6º41 Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ±11 Km dengan ketinggian dari permukaan laut ±5 M (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.
Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.735,82 hektar atau ±37 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).
Wilayah Kotamadya Cirebon dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane
Sebelah Barat : S. Banjir Kanal/ Kabupaten Cirebon
Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga
Sebelah Timur : Laut Jawa
Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.
Terdapat 4 (empat) buah sungai yang cukup besar yaitu :
Sungai Kedung Pane
Sungai Sukalila
Sungai Kesunean
Sungai Kalijaga
Kondisi air tanah agak dipengaruhi oleh intrusi air laut dan relatif dangkal.
IKLIM
Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 28°C. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.
Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musin hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.
TOPOGRAFI
Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0-150 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan presentase kemiringan, wilayah kota Cirebon dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
kemiringan 0-3% tersebar di sebagian wilayah kota Cirebon, kecuali sebagian Kecamatan Harjamukti.
Kemiringan 3-8% tersebar di sebagian besar wilayah Kelurahan Kalijaga, sebagian kecil Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti.
Kemiringan 8-15% tersebar di sebagian wilayah Kelurahan Argasurya, kecamatan Harjamukti.
Kemiringan 15-25% tersebar di wilayah Kelurahan Argasurya, kecamatan Harjamukti.
JENIS TANAH
Pada umumnya jenis tanah di Kota Cirebon adalah tipe regosol yang berasal dari endapan lava dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur, dan kerikil) hasil interupsi Gunung Ciremai. Secara umum jenis tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk pengembangan berbagai macam vegetasi.
HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
Di Kota Cirebon terdapat 4 sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah, yaitu sungai Kedungpane, sungai Sukalila (penyatuan dari sungai Sicemplung dan sungai Sijarak), sungai Kesunean dan sungai Kalijaga (penyatuan sungai Cikalong, sungai Cideng, dan sungai Lunyu).
Keadaan air tanah di kota Cirebon pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut. Di beberapa wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah (1 meter) dan rasanya agak asin, sehingga tidak bisa digunakan untuk kebutuhan air minum.
Rencana Tata Kota
Kebijakan Umum Pembangunan Kota Cirebon
Berdasarkan karateristik kota, peluang dan tantangan yang akan di hadapi Kota Cirebon di masa datang, Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat dan segenap komponen pelaku pembangunan lainnya sepakat untuk mengembangkan Kota Cirebon menjadi Kota Perdagangan dan Jasa. Rumusan kesepakatan ini tertuang dalam Visi Kota Cirebon sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor I Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Kota Cirebon 2004-2008 yaitu:
Kota Cirebon menjadi Kota Perdagangan dan Jasa Yang Maju Tahun 2008
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah delapan misi, yaitu:
Meningkatkan kulitas sumber daya manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME dan nilai- nilai luhur budaya bangsa.
Meningkatkan profesionalisme aparatur dan revitalisasi kelembagaan Pemerintah Kota yang efektif dan efisien menuju pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Meningkatkan keamanan dan ketertiban umum
Optimalisasi pemanfaatan ruang kota dan pelestarian keseimbangan lingkungan hidup
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana ekonomi serta produktifitas ekonomi yang berdaya saing tinggi
Melestarikan dan mengembangkan pariwisata yang bertumpu pada nilai-nilai tradisi dan budaya Cirebon
Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Peningkatan kemitraan dan optimalisasi kerjasama pemerintah dengan lembaga lain baik yang bersifat lokal, regional, nasional dan internasional. Selanjutnya untuk lebih mengoperasionalkan dan menterjemahkan misi dalam pernyataan yang lebih detail, perlu diuraikan dalam arah kebijakan dan program prioritas.
Kebijakan Tata Ruang Kota Cirebon
Kebijakan tata ruang Kota Cirebon didasarkan pada revisi atas Pertauran Daerah Nomor 3 Tahun 1987 tentang Rencana Induk Kota Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon tahun 1984-2004.
Berdasarkan konsep revisi tersebut Kota Cirebon dibagi menjadi.
BWK I Zone Pelabuhan
BWK II Zone Perdagangan
BWK III Zone Industri
BWK VI Zone Pemerintahan & Kemasyarakatan
BWK V Zone Perumahan
BWK VI Zone Pendidikan, Olahraga & Rekreasi
BWK VII Zone Mix Farming & Konservasi
Potensi Daerah
INDENTIFIKASI PELUANG/PROSPEK
Untuk mewujudkan Kota Cirebon sesuai dengan fungsinya yang diarahkan sebagai kota perdagangan dan jasa, kota pelabuhan, kota industri, dan kota budaya dan pariwisata, maka peluang/prospek Kota Cirebon dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
Masih terdapatnya lahan yang kosong dan komersil yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian yang letaknya tersebar diseluruh wilayah Kota Cirebon seperti untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan wisata, industri, dan lain-lain.
Lahan pertanian yang masih luas dipinggiran Kota Cirebon yangdapat dimanfaatakan untuk kegiatan agro bisnis.
Sumber daya laut disepanjang pantai Kota Cirebon yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata laut, agro industri, dan sebagainya.
Adanya pelabuhan Cirebon dan Kejawanan / pelabuhan perikanan yang masih terbuka untuk kegiatan industri, perdagangan (ekspor, impor, antar daerah/pulau).
Jumlah penduduk yang cukup dapat dikembangkan dan dilatih agar apat ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan yang didukung oleh sejumlah perguruan tinggi dan sekolah kejuruan.
Tersedianya infrastruktur atau sarana/prasarana penunjang kegiatan perekonomian seperti listrik, air, telekomunikasi, lembaga keuangan, jalan, dan lain-lain.
SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN
Untuk sektor-sektor unggulan yang mempunyai potensi dan peluang yang bisa dikembangkan oleh pengusaha / investor baik fasilitas (Penanaman Modal Asing/PMA) dan non fasilitas (Penanaman Modal Swasta Nasional/PMSN) adalah sebagai berikut :
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;
Sektor Industri Non Migas;
Sektor Listrik, Gas dan Air Minum;
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;
Pertanian, Peternakan dan Perikanan
TANAMAN PANGAN DAN AGROBISNIS
Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan, tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Produksi tanaman bahan makanan pada tahun 2003 mayoritas mengalami peningkatan. Produksi tanaman sayur-sayuran yang ada dikota Cirebon dari delapan komoditas, seluruhnya mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Produksi tanaman mangga yang menjadi primadona daerah kota Cirebon dan sekitarnya pada tahun 2003 mengalami penurunan jumlah produksi yang signifikan yaitu dari 1.197 ton pada tahun 2002 menjadi 861 ton pada tahun 2003
Produksi Tanaman Bahan Makanan Tahun 2001 - 2003
dalam Ton No Komoditi Produksi
2001 2002 2003
1 Padi 1708 2.098 2.119
2 Jagung 15 47 27
3 Ketela Pohon 217 202 244
4 Ketela Rambat 23 9 52
5 Kacang Tanah 31 17 9
6 Kacang Hijau - 2 -
Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon
Produksi Tanaman Sayur-sayuran tahun 2001 - 2003
dalam Ton No Komoditi Produksi
2001 2002 2003
1 Kacang Panjang 12 53 61
2 Cabe 29 15 87
3 Terung 5 11 75
4 Ketimun 22 62 144
4 Bayam 21 37 57
6 Kangkung 61 44 76
Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon
Produksi Tanaman Buah-buahan Tahunan tahun 2001 - 2003No Komoditi Produksi
2001 2002 2003
1 Mangga 783 1.197 861
2 Rambutan 4 3 11
3 Jeruk 5 1 1
4 Jambu 630 37 98
5 Sawo 1 1 64
6 Pepaya 179 82 21
7 Pisang 361 157 616
8 Belimbing 57 11 41
Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon
Industri Non Migas
Industri Non Migas adalah industri non migas, seperti peternakan, produksi daging, telur, susu dan jumlah ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH), data ini bersumber dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon.
Populasi ternak pada tahun 2003 yang tertinggi adalah ayam buras yaitu sebanyak 52.318 ekor, kemudian ayam pedaging 181.112 ekor, itik 6.336 ekor.
Pada tahun 2003 populasi unggas terbnyak di Kecamatan Harjamukti, untuk jenis unggas ayam buras mencapai 32.819 ekor kemudian Kecamatan Lemahwungkuk 10.736 ekor, Kecamatan Kesambi mencapai 4.712 ekor, Kecamatan Pekalipan mencapai 646 ekor dan 3.405 ekor berada di Kecamatan Kejaksan.
Produksi daging pada tahun 2003 mencapai 812.588 kg yang sebagian besar merupakan produksi daging ayam ras pedaging yaitu mencapai 416.556 kg , kemudian 132.042 ton daging jenis daging ayam buras dan 126.583 kg daging sapi segar.Selama tahun 2003 produksi telor yang dihasilkan berasal dari jenis unggas ayam buras, ayam ras dan itik masing-masing sebesar 699.444, 183.212, dan 306.543 butir. Sedangkan untuk sapi perah menghasilkan susu sebesar 17.699 liter susu segar murni.
Populasi Ternak Pada Tahun 2001 - 2003 satuan ekor No Komoditi Produksi
2001 2002 2003
1 Sapi Perah 5 5 7
2 Kerbau 19 20 21
3 Kambing 115 122 116
4 Domba 2.908 3.377 3.521
5 Ayam Buras 46.400 47.561 52.318
6 Ayam Ras :
- Pedaging 33.774 108.000 181.112
- Petelur 750 750 500
7 Itik 4.403 5.817 6.336
Sumber: Dinas Peternakan Kota Cirebon
Populasi Ternak Menurut Kecamatan Tahun 1999 - 2003No Kecamatan Ayam Buras Itik Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging
1 Harjamukti 32.819 1.256 300 69.900
2 Lemahwungkuk 10.736 2.600 - 47.841
3 Pekalipan 646 280 - 18.397
4 Kesambi 4.712 800 200 31.009
5 Kejaksan 3.405 1400 - 14.265
Jumlah : 2003 52.318 6.336 500 181.112
2002 47.561 5.817 750 108.000
2001 46.400 4.403 750 33.774
2000 80.554 9.900 - 18.000
1999 77.035 9.843 - -
Sumber: Dinas Peternakan Kota Cirebon
Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Tahun 1999 - 2003No Kecamatan Ayam Buras Itik A. Ras Petelur A. Ras Pedaging
1 Harjamukti 4 9 1.279 60
2 Lemahwungkuk 3 4 940 30
3 Pekalipan - - 78 -
4 Kesambi - 6 971 17
5 Kejaksan - 2 253 9
Jumlah : 2003 7 21 3.521 116
2002 5 20 3.377 122
2001 4 14 5.890 1.091
2000 4 14 5.890 1.091
1999 9 43 5.214 1.017
Sumber: Dinas Peternakan Kota Cirebon
Listrik, Gas dan Air
LISTRIK
Data Kelistrikan yang disajikan merupakan data sekunder dari PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Cabang Cirebon. Banyaknya pelanggan pengguna listrik pada tahun 2003 sebanyak 63.248 pelanggan, yang tersebar pada golongan tarif sosial (s) 1.182 pelanggan, rumah tangga ® sebanyak 56.906 pelanggan, bisnis )b) 4.561 pelanggan, industri sebanyak 111 pelanggan, dan gedung pemerintah sebanyak 254 pelanggan.
Daya terpasang pada tahun 2003 ini sebesar 99.412.113 KVA.Daya terpasang terbesar pada golongan tarif rumah tangga sebesar 51.589.361 KVA, sedangkan daya terpasang terkecil terdapat pada penerangan jalan umum 1.116.815 KVA.
Banyaknya Pelanggan, Daya Terpasang KWH Terjual dan NilaiPenjualan Menurut Golongan Tarif Kota Cirebon Tahun 2003Gol. Pelanggan Daya Terpasang
(KVA) MWH Terjual Tabel Penjualan
(Rp)
Tarif Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
S 1.182 1.87 4.484.145 4.51 513.974 3.18 326.556.681 3.25
R 56.906 89.97 51.589.361 51.89 8.794.775 54.47 5.126.944.536 51.00
B 4.561 7.21 26.872.365 27.03 3.816.405 23.63 2.745.894.788 27.31.
I 111 0.18 12.447.412 12.52 2.361.924 14.63 1.481.035.944 14.73
P 254 0.40 2.902.015 2.92 400.596 2.48 285.796.075 2.84
P3 234 0.37 1.116.815 1.12 259.757 1.61 87.311.881.087 0.87
2003 63.248 100 99.412.113 100 16.147.431 100 10.053.539.905 100
Sumber : PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Cabang Cirebon
Keterangan:
S = Sosial
R = Rumah
B = Bisnis
I = Industri
P = Gedung Pemerintah
P3 = Penerangan Jalan Umum
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
Sektor perdagangan selama ini memiliki konstribusi besar dalam memacu laju pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon. Kondisi ini bisa dipahami dimana Kota Cirebon merupakan pusat perdagangan wilayah III Cirebon yang meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu. Selain itu Kota Cirebon merupakan kota lintasan yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah sehingga mememungkinkan adanya proses transaksi jual beli. Bila dilihat dari perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dapat dikelompokkan menjadi perusahaan perdagangan besar, perusahaan perdagangan menegah dan perusahaan perdagangan kecil.
Jumlah perdagangan besar pada tahun 2003 sebanyak 168 perusahaan, sedangkan perusahaan perdagangan menengah 1.772 dan perusahaan perdagangan kecil 5.508.
Banyaknya Pedagang Besar, Menegah dan KecilTahun 1999 - 2003Tahun Pedagang Pedagang Pedagang Jumlah
Besar Menengah Kecil
2003 11 54 415 480
2002 6 38 382 426
2001 3 31 279 313
2000 4 31 247 282
1999 10 4 218 232
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cirebon
Pendidikan
VISI
"Terselenggaranya pelayanana pendidikan bagi semua lapisan Masyarakat Kota Cirebon menuju terwujudnya Pendidikan yang Berkualitas minimal setara Sekolah Menengah Pada tahun 2006"
MISI
Mewujudkan warga masyarakat kota cirebon menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,serta menjadi insan yang terdidik,cerdas,terampil, disiplin dan memiliki etos kerja untuk menunjang terwujudnya Visi Kota Cirebon.
KEBIJAKAN STRATEGIS
Percepatan/Akselerasi Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Jawa Barat
Rintisan Pembebasan Biaya Pendidikan Anak yang tidak mampu di 16 Sekolah Dasar
Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan
Peningkatan dan Pemanfaatan IPTEK Dalam Pembangunan Pendidikan
Pengembangan Program-Program Unggulan:
PERSEKOLAHAN:
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH(MBS)
IMPLEMENTASI BROAD BASED EDUCATION & LIFE SKILLS
IMPLEMENTASIKURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI(KBK)
PENGEMBANGAN SEKOLAH IPK/ IPOR(SD,SLTP,SMU,SMK)
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN INKLUSI
LUAR SEKOLAH:
PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
PENGEMBANGAN DIKLUSEMAS/KURSUS-KURSUS KETERAMPILAN
PERINTISAN PAUD (Persil) DI KELURAHAN KARYAMULYA KEC KESAMBI
PROGRAM UNGGULAN
Pengembangan Sekolah Unggulan;
Pengembangan Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Pola PAKEM
Pengembangan Pendidikan Berbasis Luas Dan Pendidikan Kecakapan Hidup (BBE dan LifeSkill)pada jenjang sekolah;
Pengembangan Program Sistem Ganda (Link and Macth);
Pengembangan Sekolah Kejuruan dan Polyteknik (Difersifikasi Program)
Optimalisasi dan Impementasi Manajemen Berbasis Sekolah;
Program Uji Kompetensi;
Pengembangan Program Akselerasi Belajar (Accelerated Learning);
Pengembangan Model Pembelajaran (Diversifikasi model pembelajaran);
Pengembangan Kursus
Pengembangan sarana/Prasarana Pendidikan;
Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal;
Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan (Internet Sebagai Media Belajar);
Pengembangan Program Life Skill Dalam Pembelajaran di PLS;
Pengembangan Pembelajaran Bahasa Inggris Dan Bahasa Asing lainya Di Sekolah ;
Pengembangan Bantuan Beasiswa;
Pengembangan Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar;
Pengembangan Dan Peningkatan Kerjasama Dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri;
Pengembangan Wajar Dikdas dan Intensifikasi Pembinaan Sekolah Terbuka Serta Program Paket Kejar;
PENUNTASAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
DAN PENCANANGAN WAJAR 12 TAHUN
DI KOTA CIREBON
LANDASAN HUKUM PENUNTASAN WAJIB BELAJAR (WAJAR DIKDAS) 9 TAHUN
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Keputusan Presiden No.1 Tahun 1994 Tentang Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun
Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 21 Tahun 1995 Tentang Pedoman Pelaksanaan Wajar Dikdas di Jawa Barat.
Surat Keputusan wali Kota Cirebon No 421/SK,42,Sosial/1996 Tentang Pembentukan kembali Tim Koordinasi Wajar Dikdas.
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Cirebon
Rabu, November 14, 2007
Diposting oleh pantangpulangsebelumpadam di 11/14/2007 07:11:00 PM 0 komentar
Lambang Daerah Kota Cirebon
UNSUR LAMBANG :
1. Daun Jati
2. Sembilan Buah Bintang
3. Lukisan Laut Berombak
4. Gambar Udang Rebon
5. Garis Bergerigi Sembilan
6. Perisai
7. Warna Dasar Kuning
8. Warna Putih
9. Pita Melingkari Perisai
10. Warna Hitam
Sebenarnya yang dinamakan Daerah Cirebon adalah wilayah bekas Karesidenan Cirebon yang terdiri dari Kota dan Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu.
MOTTO DAERAH :
Motto Daerah yang merupakan semboyan kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawi, yang bermakna :
PENGERTIAN BAHASA :
Gemah Ripah berarti negara jembar serta banyak rakyatnya;
Loh Jinawi artinya subur makmur;
PENGERTIAN KESELURUHAN :
Gemah Ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat sebagai bagian bangsa Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman/perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja serta mulia abadi
LAMBANG DAERAH :
Lambang daerah yang dilukiskan dalam tata warna sebagimana tertuang dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut :
Daun jati yang berwarna hijau tua, mengandung arti bahwa pada jaman dahulu di Cirebon ada seorang pemimpin para wali yang berbudi luhur dan bertahta serta disemayamkan di Gunung Jati dengan nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, ytang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa.
Sembilan buah bintang berwarna putih, mengandung arti Walisanga. Kota Cirebon terkenal sebagai tempat berkumpulnya para wali untuk bermusyawarah dalam hubungannya sengan ilmu agama Islam, yaitu :
4 buah bintang di atas dasar kuning emas, menggambarkan ilmu Syari’at, Hakekat, Tarikat, dan Ma’rifat.
5 buah bintang di dalam gambar daun jati, menggambarkan rukun Islam, yaitu : Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji.
Lukisan laut berombak berwarna biru, mengandung arti bahwa masyarakat Cirebon mempunyai kegiatan bekerja di daerah pantai (nelayan), dengan penuh keikhlasan (jalur putih) dalam menunaikan kewajibannya masing-masing ubtuk kepentingan bangsa dan negara.
Gambar Udang rebon berwarna kuning emas, mengandung arti bahwa hasil laut telah memberikan kemakmuran kepada masyarakat Cirebon. Adapun udang rebon merupakan bahan baku untuk pembuatan terasi yang terkenal dari kota Cirebon.
Garis bergerigi sembilan buah berwarna hitam, yang melukiskan benteng yang mendatar berpuncak sembilan buah, mengandung arti bahwa Kotamadya Cirebon bercita-cita melaksanakan pembangunan di segala bidang untukkemakmuran rakyat.
Perisai yang bersudut lima, mengandung arti perjuangan dalam mempertahankan dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945.
Warna dasar kuning emas pada perisai bagian atas, melambangkan kota Cirebon sebagai kota pantai yang bercita-cita melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang tertib, tenteram, adil dan makmur.
Warna putih pada perisai bagian bawah, melambangkan Kota Cirebon letaknya di pinggir laut (kota pantai) yang siap sedia (jalur biru) memberikan hasil laut yang berguna dan berharga bagi kehidupan rakyatnya.
Pita melingkari perisai dengan warna kuning, melambangkan persatuan, kebesaran dan kejayaan.
Dasar lambang yang berwarna hitam, melambangkan keabadian.
Source: www.cirebonkota.go.id
Diposting oleh pantangpulangsebelumpadam di 11/14/2007 07:07:00 PM 0 komentar
Berburu Oleh-oleh Khas dari Kota Rebon
SH/bayu dwi mardana
Sonny (45) bersama Yoeng Mie Yin (73), pemilik Toko Sumber Jaya.
CIREBON – Berburu oleh-oleh khas Cirebon ternyata bisa jadi petualangan tersendiri. Di kota perbatasan antara provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah itu terdapat sentra-sentra yang menyediakan aneka buah tangan bagi para pendatang. Itu sebabnya dibutuhkan kejelian dan ketekunan untuk memilihnya.
Cirebon amat terkenal dengan beragam olahan khas pesisir, terutama berbahan dasar udang. Ini ditunjukkan dengan betapa mudahnya kita mencari aneka buah tangan, seperti terasi, kerupuk, kecap sampai abon yang terbuat dari udang maupun ikan asin. Terasi udang asal Cirebon harumnya sudah sampai ke mana-mana. Begitu pun dengan abon dari rebon (udang kecil). Alhasil terasa belum pas bila pulang tak membawa panganan itu.
Udang memang jadi andalan. Satwa laut ini telah menjadi kebanggaan kota di pesisir pantai utara Jawa itu. Warganya pun yakin udang juga menyumbang kata untuk nama kota mereka. Saking bangganya, arsitektur bangunan Balai Kota dihiasi dengan patung udang. Patung ini terdapat di bagian puncak bangunan.
”Padahal, oleh-oleh khas Cirebon tak cuma udang saja. Di toko ini, kami membaginya menjadi dua, makanan dan non-makanan,” sebut Sonny, 45, pemilik Toko Sumber Jaya, kios yang khusus menjual oleh-oleh Cirebon di Jl. Siliwangi.
Di bagian makanan, oleh-oleh kembali diklasifikasi: mentah dan matang. Kata Sonny, tak semua toko buah tangan menyediakan kedua jenis panganan itu. Ada yang mengkhususkan diri menjual mentah saja, ada pula cuma sedia matang. ”Bedanya, kami sediakan dua-duanya.” Ambil contoh, emping dan kerupuk.
Untuk olahan bahari, makanan khas Cirebon sebetulnya tak terpaku pada olahan udang. Buktinya, kita bisa dengan mudah memilih ikan asin jambal roti, ikan bilis kering, ikan kakap kering, ikan bulu ayam, star fish dan lainnya. ”Semuanya memang dikeringkan supaya tahan lama dan bisa dibawa kemana-mana,” ujar Sonny dengan ramah.
Bila dibiarkan dalam bentuk basah, hasil laut itu sudah pasti cepat membusuk. Tentu saja, ini tak bisa memenuhi syarat buah tangan yang mudah dibawa dan awet. ”Usaha ini dimulai secara sederhana, kita coba kreatif. Daripada dijual basah tapi nggak tahan lama dan cuma dibuang, kenapa nggak dibuat bentuk kering,” papar perempuan perokok berat itu.
Ia mengaku usaha ini dimulai oleh ibunya, Yoeng Mie Yin (73) pada 1979. Saat itu, tempat mereka berjualan belum sebesar sekarang, cuma sebuah toko berukuran 5 x 7 meter. Waktu itu toko ini ada di Pasar Pagi Cirebon, tempat ini memang dikenal sebagai pusat oleh-oleh.
Pada 1988, toko Sumber Jaya pindah. Mereka menempati toko baru di Jl. Siliwangi. Ini jalan utama yang selalu ramai. Sebab jalur ini yang menghubungkan Balai Kota dan Alun-alun Kejaksan dengan daerah lain. Perpindahan ini makin pas sebab di sepanjang jalan ini hotel-hotel pun tumbuh subur. Kelancaran usaha mereka terbukti dengan tiga cabang yang dimiliki. ”Tapi yang dua itu beda manajemen. Yang ngurus adik saya,” jelas Sonny tersenyum.
Bervariasi
Soal harga, lanjut Sonny, bervariasi. Tiap produk dibanderol sesuai dengan mutu dan kandungan bahan baku. Makin gurih dan makin banyak bahan baku yang dipakai tentu saja harganya bakal menguras kantong. Agar seluruh segmen pasar tercapai, toko Sumber Jaya memilih untuk menyediakan beragam harga, sesuai dengan kualitas.
Lihat saja, pada harga yang ditawarkan untuk oleh-oleh terasi udang. Mau cari harga sepuluh ribu-an sampai seratus ribu pun tersedia. Star fish kering dijual dari Rp 45.000 – Rp 90.000 per kilogram. Kerupuk udang ukuran 250 gram, antara Rp 4.500 sampai Rp 12.500.
Selain makanan ala bahari, juga ada manisan. Panganan ini tersedia dari yang fresh sampai bentuk kering. Manisan mangga daging dengan kualitas super bisa dibawa pulang dengan harga, Rp 55.000 per kilogram. Selain enak, manisan ini dijamin tak hancur dalam waktu 9 bulan. ”Total kering dan tanpa pengawet,” tukas Sonny tanpa bermaksud promosi.
Anda pun bisa membawa sirup Campolai. Sirup yang menggunakan bahan dasar gula batu ini memberikan cita rasa alami yang berbeda dengan sirup lainnya. Sirup ini cukup mendapat tempat para pemburu oleh-oleh.
Khas yang tak kalah menggoda adalah teh, rengginang, hingga kerupuk melarat. Makanan khas tersebut tidak semata dari Cirebon, tetapi juga perpaduan dari daerah sekitar, seperti dari Plered, Indramayu, dan Kuningan. Bahkan ada beberapa modifikasi menarik yang dibuat dengan menggunakan bahan sama.
Sebenarnya makanan tersebut lebih dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Namun, berkat penanganan yang piawai, seperti rasa dan penyajiannya, makanan ini pun dapat dirasakan setiap kalangan.
Non-Makanan
Untuk oleh-oleh non-makanan, kita bisa memilih beragam produk, seperti batik trusmi, poci (tempat menyeduh teh), gerabah, lukisan kaca, lukisan batu alam, dan masih banyak lagi. Sejak lama Cirebon sudah dikenal dengan kerajinan tangan yang khas. Tak heran bila di sekitar Cirebon muncul berbagai sentra kerajinan rakyat.
Menurut para ahli sejarah, kemunculan sentra-sentra tersebut tak terlepas dari upaya penyebaran agama Islam pada masa Sunan Gunungjati sekitar 500 tahun silam. Para pengikut setia Sunan Gunungjati mengajarkan berbagai kerajinan tangan untuk menarik minat masyarakat saat itu memeluk agama Islam.
Misalnya saja, Ki Tegalmantra yang mengajarkan anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon bagian barat sambil berdakwah menyebarkan Islam. Keterampilan ini terus berlanjut turun-temurun, melewati beberapa generasi.
Sampai sekarang penduduk Desa Tegalmantra dan Tegalwangi (tempat Ki Tegalmantra menyebarkan agama Islam) dikenal sebagai sentra industri kerajinan rotan terbesar di Jawa. Sedangkan makam Ki Tegalmantra masih terpelihara dengan baik.
Sementara itu Pangeran Kejaksaan dan Ki Bekila yang memiliki keterampilan membuat benda-benda dari besi, menyebarkan agama Islam di sekitar Desa Jemaras Kecamatan Klangenan. Sampai sekarang keterampilan membuat barang-barang dari besi seperti pacul, golok, dan pisau, masih dilanjutkan penduduk setempat.
Penyebaran Islam juga ikut mempengaruhi setiap motif hias kerajinan tangan, baik ukir kayu, batik maupun gerabah, didominasi motif hias flora seperti bunga melati dan sulur kangkung maupun yang dipengaruhi budaya Cina seperti wadasan (batu karang) dan mega mendung. Sedangkan motif hias fauna, tidak terdapat dalam berbagai kerajinan Cirebon karena sebaiknya dihindari sesuai ajaran Islam.
Di Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon – sekitar 5 kilometer dari pusat kota, kita bisa membeli aneka batik khas Cirebon. Batik Cirebon termasuk batik pesisir yang mempunyai corak dan motif tersendiri. Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Batik dari desa Trusmi telah menyebar ke mana-mana. Pangsa pasarnya bukan lagi lokal tetapi sudah merambah mancannegara. Tak heran bila batik dari desa ini lebih dikenal dengan nama Batik Trusmi. Di sini, banyak toko yang khusus menjual Batik Trusmi.
Kerajinan rotan bisa ditemui di Tegalwangi, Kecamatan Plumbon. Aneka bentuk dan desain rotan dapat Anda pilih-pilih sendiri. Di desa Bobos, Sumber terdapat kerajinan tangan lukisan dari batu alam. Bila mengambil jalur ke Jakarta/Bandung lewat Majalengka, Anda akan melewati desa ini. Nah, asyik kan? (*)
Source: Sinar Harapan 2003
Diposting oleh pantangpulangsebelumpadam di 11/14/2007 07:04:00 PM 0 komentar