SALATIGA-Sedikitnya 20 warga Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang diduga mengalami keracunan, setelah beberapa jam sebelumnya minum jamu seduhan dari Toko Jamu Kembang Menoor, Jalan Belakang Pasar 15, Salatiga.
Peristiwa yang terjadi sejak akhir pekan lalu itu mengakibatkan 17 orang dilarikan ke RSUD Salatiga. Tiga orang lainnya hanya dirawat di rumahnya.
Empat orang yang dilarikan ke RSU hingga Senin masih harus rawat inap, karena kondisinya belum membaik. "Jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak mencapai 28 orang. Tetapi delapan orang lainnya tidak terdata," tutur M Slamet, warga Cukilan Suruh Kabupaten Semarang, Senin (17/5).
Slamet yang ditemui saat menunggui ibunya, Ny Zaenah (70), di Ruang Mawar RSUD Salatiga mengatakan, ibunya sempat minum jamu di Kembang Menoor. Beberapa jam setelah minum, perutnya merasa mual dan kemudian muntah-muntah. Ny Zaenah sendiri tak mengetahui persis jamu apa yang diminumnya. "Saya hanya minum jamu dengan harga Rp 3.000," tutur Ny Zaenah.
Mengetahui ibunya sakit, Slamet langsung membawanya ke mantri kesehatan setempat. Namun, obat-obatan yang diberikan mantri ternyata tak mampu menghilangkan rasa mual dan muntah-muntah.
Akhirnya Ny Zaenah dilarikan ke RSUD Salatiga. Obat-obatan yang diberikan mantri kesehatan, dikembalikan lagi. "Uangnya juga dikembalikan kok," ucapnya.
Pasangan Zuhri (56) dan Ny Kapsoh (50), warga Bonorejo, Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga juga mengalami gejala yang sama. Ceritanya, pertengahan pekan lalu dia mengajak istri dan anaknya, Makrifah (30), minum jamu di toko langganannya. "Saya sudah menjadi langganan toko jamu itu selama puluhan tahun," ujar Zuhri di Ruang Mawar RSU Salatiga.
Singkir Angin
Saat itu, dia memesan jamu pegal linu dicamur singkir angin dan meminumnya sekitar pukul 16.30. Seduhan jamu campur itu seharga Rp 5.000. Namun, sekitar pukul 21.30 perutnya mual, kepala pusing, badan lemas, dan berak-berak.
Zuhri meminta tolong mantri kesehatan setempat, tetapi gejala penyakitnya tak kunjung sembuh.
Kabar adanya langganan Toko Jamu Kembang Menoor yang keracunan, ternyata didengar pemiliknya, Sunarso. Dia pun mendatangi korban satu per satu. "Pemilik toko sudah bertanggung jawab. Sebab, semua biaya pengobatan diganti. Hari ini ada seorang korban yang pulang, semua biayanya ditangung dia."
Kepala Badan Pengelola RSUD Salatiga dr Kuncoro Adi Purjanto mengatakan, sebangian besar pasien sudah diperbolehkan pulang. "Hanya empat korban yang masih dirawat. Kalau kondisinya sudah membaik segera diperbolehkan pulang," jelasnya.
Walaupun Sunarso menyatakan kasusnya sudah ditangani polisi, ternyata pernyataan itu dibantah Kapolsek Salatiga Selatan AKP Tarmoedji. Hingga Senin sore dia belum memperoleh laporan secara resmi dari para korban. "Saya sudah mendengar keracunan jamu tersebut, tetapi belum ada yang mau laporan ke sini," tuturnya. (A2-64k)
Peristiwa yang terjadi sejak akhir pekan lalu itu mengakibatkan 17 orang dilarikan ke RSUD Salatiga. Tiga orang lainnya hanya dirawat di rumahnya.
Empat orang yang dilarikan ke RSU hingga Senin masih harus rawat inap, karena kondisinya belum membaik. "Jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak mencapai 28 orang. Tetapi delapan orang lainnya tidak terdata," tutur M Slamet, warga Cukilan Suruh Kabupaten Semarang, Senin (17/5).
Slamet yang ditemui saat menunggui ibunya, Ny Zaenah (70), di Ruang Mawar RSUD Salatiga mengatakan, ibunya sempat minum jamu di Kembang Menoor. Beberapa jam setelah minum, perutnya merasa mual dan kemudian muntah-muntah. Ny Zaenah sendiri tak mengetahui persis jamu apa yang diminumnya. "Saya hanya minum jamu dengan harga Rp 3.000," tutur Ny Zaenah.
Mengetahui ibunya sakit, Slamet langsung membawanya ke mantri kesehatan setempat. Namun, obat-obatan yang diberikan mantri ternyata tak mampu menghilangkan rasa mual dan muntah-muntah.
Akhirnya Ny Zaenah dilarikan ke RSUD Salatiga. Obat-obatan yang diberikan mantri kesehatan, dikembalikan lagi. "Uangnya juga dikembalikan kok," ucapnya.
Pasangan Zuhri (56) dan Ny Kapsoh (50), warga Bonorejo, Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga juga mengalami gejala yang sama. Ceritanya, pertengahan pekan lalu dia mengajak istri dan anaknya, Makrifah (30), minum jamu di toko langganannya. "Saya sudah menjadi langganan toko jamu itu selama puluhan tahun," ujar Zuhri di Ruang Mawar RSU Salatiga.
Singkir Angin
Saat itu, dia memesan jamu pegal linu dicamur singkir angin dan meminumnya sekitar pukul 16.30. Seduhan jamu campur itu seharga Rp 5.000. Namun, sekitar pukul 21.30 perutnya mual, kepala pusing, badan lemas, dan berak-berak.
Zuhri meminta tolong mantri kesehatan setempat, tetapi gejala penyakitnya tak kunjung sembuh.
Kabar adanya langganan Toko Jamu Kembang Menoor yang keracunan, ternyata didengar pemiliknya, Sunarso. Dia pun mendatangi korban satu per satu. "Pemilik toko sudah bertanggung jawab. Sebab, semua biaya pengobatan diganti. Hari ini ada seorang korban yang pulang, semua biayanya ditangung dia."
Kepala Badan Pengelola RSUD Salatiga dr Kuncoro Adi Purjanto mengatakan, sebangian besar pasien sudah diperbolehkan pulang. "Hanya empat korban yang masih dirawat. Kalau kondisinya sudah membaik segera diperbolehkan pulang," jelasnya.
Walaupun Sunarso menyatakan kasusnya sudah ditangani polisi, ternyata pernyataan itu dibantah Kapolsek Salatiga Selatan AKP Tarmoedji. Hingga Senin sore dia belum memperoleh laporan secara resmi dari para korban. "Saya sudah mendengar keracunan jamu tersebut, tetapi belum ada yang mau laporan ke sini," tuturnya. (A2-64k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar